Sabtu, 17 April 2010

Mempelajari teori hubungan huruf i dan reaksi wanita.

Masa SMA, masa remaja, masa pertumbuhan, dan sebuah masa-masa yang tak terlupakan.


Sekumpulan anak-anak SMA kala itu sedang bercanda tak penting, salah seorang siswa bercanda tak penting kepada temannya dengan menuliskan huruf i memakai jarinya ke punggung temannya.

"Ini huruf apa?" Sambil mengoleskan jarinya lurus dari atas seperti huruf i ke punggung temannya.

"Huruf i" dengan tegas siswa itu menjawab.

"Kurang apa?" Tanya si temannya.

"Hah?" Siswa itu terheran-heran. "Ah! kurang titik!" Ia pun menyadari.

Lalu dipukullah punggung temannya dengan keras, menandakan bahwa itu titik yang kurang untuk huruf i yang dituliskan di punggungnya.

"Hahahaha! benar kan? itu tadi titiknya!", Temannya meledek puas.

Siswa itu bergumam dalam hati, "Brengsek, tapi.....lucu juga". Dia berpikir untuk melakukan hal yang sama pada orang lain, namun kesemua teman lelakinya di kelas itu sudah tahu dengan candaan tersebut, sehingga ia berpikir untuk melakukannya pada siswa perempuan.

Akhirnya dia pun melakukan hal yang sama pada teman perempuannya, dengan nada canda dia berkata, "Ini huruf apaa!?" sambil menuliskan huruf i di punggung teman perempuannya, namun ketika dia menuliskan huruf i dengan arah dari bawah ke atas, seperti ada yang mengganjal di tengah-tengah bagai polisi tidur, namun kecepatan jarinya yang cepat membuat alur tulisannya tak tertahankan.

Dan seketika itu juga teman perempuannya berbalik dengan wajah marah memerah dan memberikan titik sendiri berupa tamparan ke muka si siswa pria.

Si siswa terheran-heran, "Apa salahku?! Kok malah saya yang diberi titik!?"

Ia tak menyadari bahwa ia sudah memasuki sebuah masa.. yaitu...

Masa SMA, masa remaja, masa pertumbuhan (teman perempuan itu sudah menggunakan bra, itulah yang mengganjal kesempurnaan huruf i di punggung wanita, sehingga mungkin branya tertarik atau lepas), dan sebuah masa-masa yang tak terlupakan (sebuah titik berupa tamparan di muka).

Film Bagus

Alkisah seorang pria yang mencari film yang bagus.

"Mas ada film "bagus"?" , tanya si pria.

"Oh, ini yang baru-baru, ini LOTR, terus yang ini juga bagus, cuman textnya aja rada-rada ngga jelas", Si penjual menawarkan film-film box office yang baru keluar saat itu.

Sang pria pun pergi mencari ke tempat lain. Mungkin sang penjual berpikir, yang seharusnya bagus itu yang bagaimana?



Alkisah seorang pria yang benar-benar mencari film yang bagus.

"Cari film apa mas?" Seraya menghampiri si pria yang mencari film-film favoritnya.

"Ada film bagus, mas?", Tanya si pria, berharap si penjual tahu film-film bagus berkelas.

"Ooh ini kan mas?". Si penjual dengan wajah sok mengerti, sambil menyodorkan film-film "bagus" seperti bla-bla collection 5 in 1, atau bla-bla asian, atau bla-bla girl vol.1 dst.

"Oh, maaf mas, nggak" Si pria pun menolak, dan langsung pergi. Mungkin si penjual berpikir, sok alim tuh pria.

Sabtu, 10 April 2010

Sebuah kisah seorang siswa.

Pada tahun 2003, sistem penjurusan untuk jenjang pendidikan SMU dimulai pada saat siswa tersebut memasuki kelas tiga, yang terdiri dari pilhan IPA, IPS, Bahasa, dsb. Dan pada saat itu pula sistem per-tahunnya menggunakan sistem semester, bukan lagi caturwulan.

Di suatu sekolah menengah negeri, seorang siswa berdebar-debar, menunggu hasil keputusan untuk nasibnya.

Hari itu, adalah hari pembagian rapot semester 2 yang merupakan semester akhir untuk naik tingkat, bagi siswa-siswi kelas 2 yang akan naik ke kelas 3 dan akan dijuruskan. Dengan banyaknya orang tua dan keluarga yang datang ke sekolah pada saat itu.

Ada di antara mereka yang cemas, tidak masuk jurusan yang diinginkannya, ini masih taraf normal.

Ada di antara mereka yang yakin, akan masuk sesuai dengan apa yang mereka inginkan, ini masih taraf normal.

Ada di antara mereka yang cemas, tidak naik kelas, ini sudah taraf parah.

Dan ada satu orang yang tidak tahu-menahu apa-apa. Ini paling parah.

Alasan kenapa satu orang tersebut tidak tahu menahu adalah nilai rapot di semester satunya itu parah sekali dengan rata-rata nilai 5, namun..di semester dua dia tobat (karena tidak mau tidak naik kelas saja) tapi juga terkadang masih melakukan kebiasaan lamanya di semester satu, sehingga ia tidak yakin akan apa-apa.

Ceritanya dimulai, pada saat ia dibagikan formulir penjurusan yang satu ditujukan pada orang tua, dan satu lagi ditujukan untuk siswa yang bersangkutan. Dan entah bodoh atau pintar, siswa itu berpikir mungkin ini diberikan dua formulir, satu untuk wali kelas, satu untuk tata usaha..(Dia lupa dengan teknologi yang namanya Fotokopi). Dia pun bertanya pada orang-tuanya mau masuk apa jurusannya, dan kebetulan orang-tua nya menghendaki ia masuk jurusan IPA, dengan pikiran yang briliannya, ia pun menyalin ulang formulir yang sebenarnya ditujukan untuk keinginan jurusan yang dipilihnya.

Setelah hari itu, ia pun tidak bilang (dan memang tidak ada yang bertanya pada dia) pada teman-temannya, tentang formulir penjurusan itu, yang sedang hangat dibicarakan antar siswa pada saat itu. Dan dia pun cenderung tidak peduli pada penjurusan tersebut, yang dia pedulikan hanya naik kelas.

Dan hari penentuan pun tiba, Kebetulan ia masuk kelas dengan tiga kandidat tidak naik kelas, termasuk dia. Dan gosip yang hangat pada saat itu adalah satu orang tidak naik kelas!

Dia semakin tegang, namun berpikir jernih bahwa kedua teman sekelasnya (sebut saja si B dan si C) yang merupakan kandidat labih parah darinya.

Di depan pintu kelas, para siswa cemas melihat para orang-tua mereka dipanggil satu persatu oleh wali kelas, dan menunggu hasil. Dan ada yang berkata, "Eh si B kan sudah curi start duluan dengan pindah sekolah, dia naik kelas, (istilah yang digunakan pada saat itu, "Naek-Tajong""

Ia pun semakin berdebar-debar..karena kandidat tersisa berarti tinggal dua orang!

Anehnya, si C berwajah tenang-tenang saja. Membuat ia penasaran, dan ia pun bertanya, "Woi, kenapa kamu tenang-tenang saja?!"

Si C menjawab, "Saya sudah naik kelas, tadi ibu saya keluar duluan."

"Hah!!??" Semakin cemas dia, sekarang yang hanya bisa dia harapkan adalah semua gosip tentang yang tidak naik satu orang itu adalah bohong.

Dan akhirnya Ibunya pun dipanggil oleh wali kelas.

Dia hanya bisa memandangi, ibunya berjalan menuju tempat duduk sebelah meja guru tempat wali kelasnya..

Pembicaraan antara wali-kelas dan ibunya cukup lama, bahkan lama, dibanding yang lainnya. Membuat ia semakin curiga.

Dan satu teman wanitanya tiba-tiba berkata, "Ih, ini ibunya siapa sih, lama banget".

Dia bergumam dalam hati, "(Itu ibu saya, goblok!)"

Dan teman wanita lainnya menampik, "Iya yah, lama banget, tau kita juga nungguin, antri woy!..pasti deh anaknya nyebelin juga"

Dia bergumam dalam hati, "(Saya ga peduli mau saya nyebelin di depan kalian, toh kalian bukan incaran saya!)"

Dan teman wanita yang satu lagi pun kembali menjawab, "Iya kalau ga ibunya si D atau mungkin si E (Sebut saja si D dan si E adalah siswa-siswa menyebalkan di kelas tersebut) , betul ngga, A? (Sebut saja siswa sang penunggu keputusan adalah si A)"

Dan ia pun menjawab, "Iya pasti anaknya juga menyebalkan, nanti biar saya tanya saja Ibu siapa dia!?"

"Kayak yang berani saja kamu A..hahaha" Teman wanita itu pun bercanda.

Dan akhirnya, Ibunya pun selesai berbicara dengan wali-kelas dan besalam-salaman. Sambil berbalik arah dan melangkah menuju pintu keluar kelas ia memandangi anaknya sambil mengeleng-gelengkan kepala.


Dia hanya bisa lesu, tak berdaya.

Kedua teman wanita itu pun berwajah terkejut, (Entah terkejut antara punya teman yang tidak naik kelas, atau dengan kenyataan bahwa ternyata anak si Ibu menyebalkan itu dia) *Ini tidak penting, anggap saja yang pertama, agar dramatis*

Dan ketika menghampiri, ia pun bertanya, "Bagaimana, Mah?"

Ibunya pun menjawab, "Bagaimana kamu ini, nilai kok nge-pas semua"

"Ngepas gimana?" Dia terheran-heran

"Ya ini, nilai mata pelajaran IPA kamu 6 semua, yang IPS ada yang lima. Jadi kamu masuk IPA, dengan nilai kayak gini tadi ibu bicara lama mepertanyakan, pada wali kelas, apa anak ini mampu..jika tidak, lebih baik jangan dinaikkan saja, kamu sebenarnya mungkin tidak layak masuk IPA, kalau lihat rapot begini, apalagi IPS! ya sudah nanti di rumah saja bicaranya!"

"(Mah, please deh)"

3 Hukum alam yang mungkin anda alami

1. Hukum jas hujan,

Hukum ini berlaku ketika anda bepergian mengendarai motor dan hujan deras pun turun, anda pun menepi, menggunakan jas hujan. Dan ketika kembali menerkam jalanan, hujan pun reda. Karena malas menepi lagi untuk menyimpan jas hujan atau takut hujan akan turun lagi, anda pun meneruskan perjalanan dengan tetap menggunakan jas hujan, dan di tempat tujuan biasanya tidak hujan, dan akan ada yang berkata, "Ti gunung mana, euy!?" dan perkataan serupa lainnya.

2. Hukum naik angkutan-kota.

Hukum ini berlaku ketika anda sering bepergian naik motor, dan sering melihat para penumpang angkutan kota banyak yang cantik. Dan keesokan harinya anda memutuskan untuk tidak naik motor dan naik angkutan-kota, berharap sesuatu yang indah terjadi. Dan yang terjadi malah sebaliknya, anda satu angkot dengan sesama jenis, jika ada wanita juga lebih tua (bahkan jauh lebih tua), guru/dosen anda, atau yang lebih parah, kosong...dan angkot pun melakukan ritual ngetem-sampai-penuh-dulu-baru-berangkat, dan jika tidak penuh-penuh, maka terpaksa berangkat dan melakukan ritual kedua, yakni menurunkan-penumpang-tidak-sampai-tujuan.

3. Hukum tambal ban.

Hukum ini berlaku ketika ban motor anda bocor, dan sang pengeksekusi ban tersebut mengucapkan kata-kata yang menyesakkan dada, "A, ieu mah jigana kedah digentos..."

LAMPU!

Suatu sore yang indah, di kota kembang...

Kedua mahasiswa yang baru pulang kuliah, menumpangi motor bebek, menuju rumah mereka yang kebetulan satu arah.

Satu fenomena yang terjadi kala itu, adalah lampu lalu lintas di perempatan jalan gazeboo itu selalu hijau, yang sebenarnya lampu lalu lintas itu digunakan untuk belok ke arah kanan. Untuk lurus, sebenarnya tidak perlu, karena hijau terus, atau terkadang kuning kerlap-kerlip.

Dan akhirnya fenomena itu pun membuahkan suatu quote dari seorang mahasiswa cerdas, yang kronologisnya seperti diceritakan dalam dialog antara Mahasiswa 1 (Pengendara yang seringkali lewat jalan tersebut dan hapal benar) dan Mahasiswa 2 (Si cerdas sang pencipta kutipan) berikut,

Mahasiswa 2 : "WOY!, *a*u hijau tuh! (yang terdengar hanya intonasi vokal A dan U, karena keramaian kota) *sambil menepuk-nepuk punggung temannya yang mengendarai*."

Mahasiswa 1: "Memang selalu hijau disini, kawan"

Mahasiswa 2: "Memangnya kamu magang disini! bisa tahu kalau hijau terus!" *Dengan nada meremehkan*

Mahasiswa 1: (???)....(Magang??).."Memang HIJAU TERUS KOK! wong tiap hari saya lewat sini! Ga usah magang juga hapal!" (Kenapa harus ada bahasa magang?)

Mahasiswa 2: "Memangnya tiap kamu lewat sini, dia selalu ada?"

Mahasiswa 1: "Ya IYALAH!, lampu lalu lintas di situ itu selalu hijau, saya sudah bertahun...(belum sempat menyelesaikan kata-katanya)"

Mahasiswa 2: "LAMPU!"















Suatu Quote yang luar biasa enak didengar, "LAMPU!"

yang sebenarnya terdengar "LUAAAMPPPU!!"


Sebenarnya dialog pertama yang dibuka oleh si Mahasiswa cerdas itu adalah,

Mahasiswa 2 : "WOY!, BAJU hijau tuh! *sambil menepuk-nepuk punggung temannya yang mengendarai* (dengan maksud menunjuk pada seorang wanita aduhai berbaju hijau)












Namun si mahasiswa temannya, mendengar kata "Lampu"

Inilah satu contoh kelakuan mahasiswa di era kemajuan teknologi ini, dimana ada mahasiswa yang hanya berpikir mesum, dan mahasiswa yang peduli akan bangsa dan negara!







Cerita Pamungkas Penuh Misteri

Suatu hari di sebuah padang rumput, seorang kakek berusia lanjut memangkas rumput-rumput tersebut bagai seorang ksatria yang gigih dengan wajah penuh ambisi menggunakan "aritnya", disertai "tiupan angin yang menggemuruh".

Bagai seorang jenderal yang habis berperang, ia pun memutuskan beristirahat dahulu, dan memangku "aritnya" di pundaknya seperti cangkul dengan bentuk arit melingkar mengarah ke lehernya. Dengan penuh hasrat, ia mengorek-ngorek saku celananya, mencari sepuntung rokok kretek sisa semalam, dan akhirnya ia pun menikmati setengah-batang rokok kretek itu dengan santainya.

Tanpa ia sadari, "tiupan angin yang menggemuruh" mengakibatkan percikan-percikan api hisapan mulutnya mengenai tangannya yang memegang pegangan "aritnya", sehingga menyebabkan panas kejut, yang menggerakkan tangannya ke depan, sehingga "aritnya", yang mengarah ke leher bagian belakang bergerak ke depan. Dan akhirnya..............



Hingga saat ini apa yang terjadi padanya masih sebuah misteri.



Namun satu hal, anak-cucunya tidak pernah mau membahas soal ini, dan diantara mereka yang merokok, semuanya merokok filter cigarettes, bukan filter kretek, apalagi kretek.

Sungguh sebuah misteri.



Konon katanya, Istri dari si kakek sering berucap pada mereka, "Hati-hati pada panas kejut, angin diluar sangat kencang!"

Sungguh sebuah misteri.


Dan mereka disebut-sebut sebagai keluarga-anti-kretek-pertama-di-dunia sejak saat itu.

Julukan yang penuh misteri.